BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 27 Oktober 2009

Sains Al-Qur`an


KEISTIMEWAAN INDRA PENDENGARAN
Kata “As-Sam’u” selalu diungkapkan di bagian paling depan (lebih dulu disebutkan ketimbang indra yang lain) dalam ayat Al-Qur`an yang menyinggung soal nilai pancaindra yang telah dikaruniakan Allah kepada manusia. Ini bermakna, indra pendengaran memiliki nilai dan peran lebih besar ketimbang indra lainnya.
Indra pendengaran merupakan instrumen (alat) paling pokok dan penting bagi setiap manusia untuk mencerap pelbagai informasi yang berkaitan dengan keberadaan alam semesta ini. Salah satu mu’jizat Al-Qur`an adalah bahwa ia dibawa dan disampaikan oleh seorang Nabi yang ‘ummi (buta huruf), yang tak dapat membaca dan menulis, namun mampu mendengar. Tentu saja hal ini merupakan dalil terbesar dan terkuat yang menunjukkan kehebatan nas Al-Qur`an; yang berkat indra pendengaran, ia (Al-Qur`an) dapat menembus, merasuki, dan singgah di setiap relung hati manusia.
Adapun ayat-ayat tersebut antara lain:

(QS. An-Nahl [16]:78).
وَاللَّهُ أَخْرَجَكُمْ مِنْ بُطُونِ أُمَّهَاتِكُمْ لَا تَعْلَمُونَ شَيْئًا وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (78)
(QS. Al-Isra` [17]:36).
وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا (36)
(QS. Al-Mu`minun [23]:78).
وَهُوَ الَّذِي أَنْشَأَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (78)
(QS. As-Sajdah [32]:7-9).
الَّذِي أَحْسَنَ كُلَّ شَيْءٍ خَلَقَهُ وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ (7) ثُمَّ جَعَلَ نَسْلَهُ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ مَاءٍ مَهِينٍ (8) ثُمَّ سَوَّاهُ وَنَفَخَ فِيهِ مِنْ رُوحِهِ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (9)

(QS. Al-Ahqaf [46]:26).
وَلَقَدْ مَكَّنَّاهُمْ فِيمَا إِنْ مَكَّنَّاكُمْ فِيهِ وَجَعَلْنَا لَهُمْ سَمْعًا وَأَبْصَارًا وَأَفْئِدَةً فَمَا أَغْنَى عَنْهُمْ سَمْعُهُمْ وَلَا أَبْصَارُهُمْ وَلَا أَفْئِدَتُهُمْ مِنْ شَيْءٍ إِذْ كَانُوا يَجْحَدُونَ بِآَيَاتِ اللَّهِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (26)
(QS. Al-Mulk [67]:23).
قُلْ هُوَ الَّذِي أَنْشَأَكُمْ وَجَعَلَ لَكُمُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَالْأَفْئِدَةَ قَلِيلًا مَا تَشْكُرُونَ (23)
Seiring perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang terbilang sangat pesat, kalangan ilmuwan berhasil membuktikan bahwa indra pendengaran sangat penting dan dibutuhkan seseorang untuk dapat berbicara. Mereka juga berhasil mengungkapkan fakta bahwa proses pendengaran sangat erat kaitannya dengan seluruh fungsi pancaindra.
Berkat suara atau bunyi-bunyian yang dicerap pendengarannya, manusia dapat mengetahui hal-hal yang ada di sekitarnya (dalam radius atau jarak tertentu) untuk kemudian disimpan dalam ingatannya. Darinya, ia pun dapat mengenali kembali hal yang sama dari suara atau bunyian di kemudian hari- yang pada gilirannya dikenali pula ciri-ciri lainnya, baik yang berkenaan dengan kondisi atau bentuk fisik, aroma dan sebagainya. Lebih ajaib lagi, dari hasil temuan dan bukti-bukti ilmiah modern, terungkap kenyataan yang terbantakan bahwa setiap manusia memiliki intonasi (tingkatan nada) suara yang khas dan berbeda satu sama lain.
Pada dasarnya, proses bekerjanya indra pendengaran yang menjadikan seorang manusia dapat mengenali dan mengetahui makhluk-makhluk atau benda-benda yang ada di sekitarnya sangatlah rumit. Namun, dalam sekejap saja, sesorang mampu membedakan sejumlah suara lewat proses indrawi yang pelik dan berlangsung terus menerus itu –tentu saja sepanjang alat pendengarannya berfungsi sebagaimana mestinya. Dalam hal ini, Allah swt menciptakan telinga bagian luar (maksudnya, daun telinga) yang berfungsi menampung dan mengumpulkan sejumlah gelombang suara dengan cara sedemikian rupa, sehingga memungkinkan pemiliknya (manusia) dapat mendengar suara-suara atau bunyi-bunyian yang berasal dari segala arah.
Gelombang-gelombang suara tersebut akan mengalir melewati saluran telinga bagian luar menuju selaput halus yang umum dikenal dengan nama “gendang telinga”. Dalam perjalanannya melewati selaput telinga bagian luar, rangkaian gelombang suara itu akan mengahasilkan tekanan yang semakin kuat. Akibat tekanan itulah, gendang telinga akan bergetar, yang kemudian disusul dengan bergetarnya sebuah alat besar dan lembut yang berada di belakangnya. Alat (yang ikut bergetar) ini kemudian mengirimkan rangkaian getaran suara tersebut ke pucuk-pucuk syaraf pendengaran.
Lalu, rangkaian getaran suara yang diterimanya itu dibawa melalui sistim syaraf sekunder menuju pusat syaraf pendengaran yang terdapat di otak. Pusat syaraf inilah yang akan menerjemahkan isyarat-isyarat yang diterimanya itu, untuk kemudian dibedakan satu sama lain dan disimpan dalam gudang memori (ingatan) di otak. Ingatan terhadap suara-suara ini pada gilirannya akan menjadi bahan untuk mengidentifikasi (mengenali) sesuatu di masa-masa akan datang. Namun demikian, sebagaimana telah dikatakan sebelumnya, proses serumit ini hanya berlangsung dalam waktu sekejap. Perlu diketahui pula bahwa terjadinya kekurangan sepanjang proses tersebut akan menyebabkan kurang sempurnanya fungsi indra pendengaran. Kendati demikian, seseorang masih dapat mendengar hanya dengan menggunakan satu telinga saja.

MAKA KAMI TUTUP PENDENGARAN MEREKA ....

Di abad ke-20, ilmu pengetahuan modern akhirnya berhasil menjawab kebingungan mereka itu. Khususnya, setelah diperolehnya sejumlah temuan sangat mengejutkan dalam bidang kedokteran yang mampu mematahkan sejumlah persepsi (pemahaman) yang bertentangan dengan ayat-ayat Al-qur`an sekaligus membuktikan kekeliruan-kekeliruannya, serta menyodorkan sejumlah hakikat (fakta) yang tak terbantahkan dan sangat bersesuaian dengan Al-Qur`an yang diturunkan lebih dari 14 abad silam.
Pendengaran merupakan indra utama manusia tatkala dirinya masih berupa janin. Lebih dari itu, indra ini merupakan yang pertama kali mencapai tahap kesempurnaan manakala seseorang masih berada dalam perut ibunya. Pada tahap terakhir perkembangannya dalam rahim, sang janin mampu mendengar suara-suara dari dunia luar. Tentu saja kenyataan ini mengejutkan kalangan ahli kandungan. Terutama setelah mereka mengetahui bahwa ayat-ayat Al-Qur`an selalu menyebutkan pendengaran lebih dulu dari indra-indra lainnya tatkala sedang berbicara tentang manusia.
Tak dapat dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan modern berhasil membuktikan keagungan Sang Khaliq Yang Mahaagung dan Mahatinggi. Khusunya, ketika Dia memberitahukan tentang kondisi orang-orang yang menghuni dan berlindung dalam gua bersama raqim (yang menurut sebagian ahli tafsir merupakan nama seekor anjing, sementara bagi sebagian yang lain, itu adalah sebongkah batu bertuliskan sesuatu). Dalam hal ini, rasa cemas dan takut terhadap musuh-musuh yang sebelumnya telah mengusirnya itu menyebabkan orang-orang tersebut membutuhkan sebuah cara yang dapat menjadikan mereka terjauh secara total dari kehidupan itu. Bersembunyi dalam gua yang dimaksud memang menjadikan keberadaan mereka tidak diketahui orang-orang. Akan tetapi bagaimana dengan perasaan yang mereka gambarkan sendiri setelah terbangun dari tidurnya, sebagimana difirmankan Allah swt.:
(QS. Al-Kahfi {18}:20)
إِنَّهُمْ إِنْ يَظْهَرُوا عَلَيْكُمْ يَرْجُمُوكُمْ أَوْ يُعِيدُوكُمْ فِي مِلَّتِهِمْ وَلَنْ تُفْلِحُوا إِذًا أَبَدًا (20)

Berkat kebijaksanaan Allah swt, mereka pun terbuai dalam tidur panjang selama 309 tahun. Sementara itu ayat (tanda kekuasaan) Allah swt yagng terdapat pada makhluk-makhluk-Nya akan selalu didukung ayat-ayat ilmu pengetahuan. Di antaranya adalah ayat yang berkaitan dengan masalah “pendengaran” sebagaimana firman-Nya:
(QS. Al-Kahfi {18}:10-11)
إِذْ أَوَى الْفِتْيَةُ إِلَى الْكَهْفِ فَقَالُوا رَبَّنَا آَتِنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَهَيِّئْ لَنَا مِنْ أَمْرِنَا رَشَدًا (10) فَضَرَبْنَا عَلَى آَذَانِهِمْ فِي الْكَهْفِ سِنِينَ عَدَدًا (11)
Mereka (para pemuda) bukan menemui kematian. Melainkan hanya tertidur nyenyak selama beberapa tahun sehingga dapat beristirahat secara total.
Jauh sebelum turunnya Al-Qur`an, datanglah abad 20 dengan membawa hakikat (rahasia) dari ditutupnya pendengaran para Ashhabul Kahfi, yang pada gilirannya menjadikan mereka dapat beristirahat secara total dalam tidur yang panjang – dan baru terjaga kembali bilaman Allah menghendakinya. Dalam hal ini ilmu modern membuktikan bahwa seluruh panca indra tidak akan berfungsi ketika manusia sedang tidur. Hanya saja, dalam keadaan itu, indra pendengaran yang pusat syarafnya terdapat di otak akan selalu siap (lebih dulu) bekerja dan merespon suara dari luar tubuh. Oleh karena itu, lebih mudah membangunkan seseorang dari tidur lelapnya lewat indra pendengaran, seperti dengan dengan menciptakan suara-suara tertentu atau membunyikan lonceng.
Dalam hal ini lenyap sudah pelbagai keraguan dan praduga tak beralasan yang sempat menggelitik benak banyak orang seputar masalah ini. Khususnya, segala keraguan dan prasangka yang berkaitan dengan pertanyaan berikut: Mengapa Allah SWT tidak tidak menutup (tidak memfungsikan) indra penglihatan, peraba, penciuman, dan perasa mereka?

Sabtu, 24 Oktober 2009

Pelajaran Berharga

Pernah ada anak lelaki dengan watak buruk. Ayahnya memberi dia sekantung
penuh paku, dan menyuruh memaku satu batang paku di pagar pekarangan setiap
kali dia kehilangan kesabarannya atau berselisih paham dengan orang lain.
Hari pertama dia memaku 37 batang di pagar.
Pada minggu-minggu berikutnya dia belajar untuk menahan diri, dan jumlah paku yang dipakainya berkurang dari hari ke hari.
Dia mendapatkan bahwa lebih gampang menahan diri
daripada memaku di pagar.
Akhirnya tiba hari ketika dia tidak perlu lagi memaku sebatang paku pun
dan dengan gembira disampaikannya hal itu kepada ayahnya.
Ayahnya kemudian menyuruhnya mencabut sebatang paku dari pagar setiap hari
bila dia berhasil menahan diri/bersabar.
Hari-hari berlalu dan akhirnya tiba harinya dia bisa menyampaikan kepada ayahnya
bahwa semua paku sudah tercabut dari pagar.
Sang ayah membawa anaknya ke pagar dan berkata:
”Anakku, kamu sudah berlaku baik,
tetapi coba lihat betapa banyak lubang yang ada di pagar.”
Pagar ini tidak akan kembali seperti semula.
Kalau kamu berselisih paham atau bertengkar dengan orang lain,
hal itu selalu meninggalkan luka seperti pada pagar.
Kau bisa menusukkan pisau di punggung orang dan mencabutnya kembali,
tetapi akan meninggalkan luka.
Tak peduli berapa kali kau meminta maaf/menyesal, lukanya tinggal.
Luka melalui ucapan sama perihnya seperti luka fisik.
Kawan-kawan adalah perhiasan yang langka.
Mereka membuatmu tertawa dan memberimu semangat.
Mereka bersedia mendengarkan jika itu kau perlukan,
mereka menunjang dan membuka hatimu.
Tunjukkanlah kepada teman-temanmu
betapa kau menyukai mereka.